Serangkaian huruf yang terucap (lafzi) akan membentuk kata. Sekumpulan kata yang tersusun rapi akan membentuk kalimat.
Dalam ilmu nahwu, kalimat tersusun dari dua unsur utama:
Pembagian Kalimat dari Susunan Awalnya
Jumlah Ismiyyah (جملة الاسمية)
Jumlah ismiyyah adalah pola kalimat dalam bahasa Arab yang dimulai dengan isim. Setelah itu, kalimat dapat disertai fi‘il atau keterangan lain sesuai dengan susunan kalimat.
Rumus Kalimat:
- Mubtada’ → isim marfū‘ → primer.
- Khabar → menyesuaikan kalimat dengan banyak opsi → primer.
- Fā‘il → opsional sebagai bagian dari khabar.
- Maf‘ūl bih → opsional sebagai bagian dari khabar.
- Muḍāf → opsional sebagai bagian dari khabar.
- Muḍāf ilayh → opsional sebagai bagian dari khabar.
- Muqāranah → opsional sebagai bagian dari khabar.
- Ẓarf → opsional sebagai bagian dari khabar.
Contoh Kalimat:
- زَيْدٌ ذَاهِبٌ إِلَى السُّوقِ → Zaid telah pergi ke pasar.
- زَيْدٌ → isim marfū‘ sebagai mubtada’.
- ذَاهِبٌ → fā‘il sebagai khabar.
- إِلَى السُّوقِ → ẓarf sebagai khabar.
Jumlah Fi‘liyyah (جملة الفعلية)
Jumlah fi‘liyyah adalah pola kalimat dalam bahasa Arab yang dimulai dengan fi‘il. Setelah itu biasanya disertai fa‘il (pelaku, berupa isim ‘alam) dan dapat ditambah unsur lain untuk melengkapi makna.
Rumus Kalimat:
- Fi‘il → primer.
- Fā‘il → primer.
- Maf‘ūl bih → opsional sebagai pelengkap.
- Muḍāf → opsional sebagai pelengkap.
- Muḍāf ilayh → opsional sebagai pelengkap.
- Muqāranah → opsional sebagai pelengkap.
- Ẓarf → opsional sebagai pelengkap.
Contoh Kalimat:
- ذَهَبَ زَيْدٌ إِلَى السُّوقِ → Telah datang Zaid ke pasar.
- ذَهَبَ → fi‘il māḍī.
- زَيْدٌ → fā‘il.
- إِلَى السُّوقِ → ẓarf sebagai jarr majrūr.